JAKARTA, MP - Meningkatnya minat masyarakat mengunjungi museum di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat, ternyata tidak diiringi dengan kesadaran masyarakat menjaga keasrian lingkungan museum dari sampah. Bahkan, tak kurang setiap harinya terdapat 6 kubik sampah atau sekitar dua truk sampah yang biasa dibuang 2.000 pengunjung Kota Tua. Untuk mengatasi persoalan sampah, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kota Tua selaku pengelola kawasan bersejarah, telah menyiagakan 30 petugas kebersihan setiap harinya.
Terlebih, pada akhir pekan yang biasanya selalu ada pagelaran atau acara di museum, jumlah pengunjung bisa mencapai angka 4 ribu sampai 5 ribu orang sehingga mengakibatkan jumlah sampah yang dihasilkan mengalami peningkatan hingga 18 kubik sampah atau setara enam truk. “Kita masih kewalahan menghadapi sampah itu, karena perilaku pengunjung terhadap kebersihan masih tergolong rendah,” ungkap Chandrian Attahiyat, Kepala UPT Kota Tua, Selasa (18/5).
Untuk menanggulangi itu, pihaknya pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Perubahan DKI Jakarta tahun 2010 juga telah mengusulkan anggaran kebersihan sebesar Rp 800 juta. Bila disetujui, anggaran itu akan digunakan untuk melakukan pembersihan terhadap 12.845 hektar lahan Kota Tua yang merupakan milik Pemprov DKI Jakarta. “Area pembersihannya termasuk jalan dan sejumlah bangunan milik BUMD,” jelasnya.
Chandrian menambahkan, pesatnya kunjungan ke kawasan Kota Tua juga memengaruhi jumlah pengunjung museum-museum yang tersebar di kawasan tersebut. Seperti pada tahun 2008 angka pengunjung Kota Tua mencapai 357.334 orang dan di tahun 2009 mengalami kenaikan hingga 99,60 persen atau sebanyak 713.307 pengunjung dengan rincian, pengunjung Museum Sejarah Jakarta tahun 2008 sebanyak 142.269 orang di tahun 2009 menjadi 301.868 orang atau meningkat 102 persen.
Lalu, Museum Wayang tahun 2008 sebanyak 44.443 orang dan mengalami kenaikan pada 2009 menjadi 80.603 atau naik 81 persen, Museum Keramik tahun 2008 sebanyak 27.386 orang di tahun 2009 sebanyak 52.895 orang atau meningkat 93 persen, Museum Mandiri tahun 2008 sebanyak 77.604 orang di tahun 2009 sebanyak 178.026 orang atau naik 120 persen, dan Mesum Bank Indenesia tahun 2008 sebanyak 65,632 orang menjadi 99.915 orang di tahun 2009 atau naik 52 persen.
Dalam realisasi APBD 2010 ini, sambung Chandrian, UPT Kota Tua juga mendapat alokasi anggaran Rp 1,5 miliar dari usulan sebelumnya yang mencapai Rp 2 miliar. Anggaran itu akan digunakan untuk operasional, promosi, dan kajian konstruksi pada 7 bangunan yang merupakan aset Pemprov DKI Jakarta seperti, empat bangunan museum, satu gedung konservasi, satu bangunan Jembatan Kota Intan dan satu aset tanah seluas 2 hektar. “Seluruh bangunan yang ada di kawasan ini 284 unit, tapi yang akan dikaji konstruksinya hanya 7 bangunan,” katanya.
Pihaknya menyebutkan, pada 2008 ada empat bangunan yang ambruk yakni, gedung Samudera Indonesia di Kalibesar, gedung kosong di Jl Kerapu, Jl Roa Malaka, gedung milik BUMD di Jl Kopi, dan salah satu bangunan di Museum Bahari.
Terkait penanggulangan sampah di kawasan Kota Tua, Kadis Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, Arie Budhiman mengungkapkan Kota Tua yang telah menjadi kawasan interaksi sosial masyarakat harus didukung dengan kepedulian lingkungan. “Seluruh stakeholder yang berkepentingan harus kerja kolektif demi kebersihan, ketertiban, dan keamanan kawasan ini. Apalagi, kawasan ini memiliki sesuatu yang tak ternilai harganya,” ungkapnya.
Menurutnya, anggaran hanyalah sebuah lokomotif dari intensitas program yang bersifat mendorong. Sebab yang dibutuhkan Kota Tua adalah kesadaran untuk merawat dan menjaga. Maka dari itu, untuk mewujudkan wajah Kota Tua yang berbeda 4-5 tahun mendatang dibutuhkan integrasi nyata semua pihak seperti, UPT Kota Tua, Pemkot Administrasi Jakbar, dan himpunan yang mewadahi masyarakat Kota Tua. “Itu yang penting, sebesar apapun anggaran yang dikucurkan tanpa kepedulian dari masyarakat akan menjadi percuma,” tandasnya. (red/*bj)
Selasa, 18 Mei 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar