JAKARTA, MP - Pupus sudah rencana Ahmad Tajudin (26) untuk mempersunting Aida Apriani (23), kekasihnya. Sebab sebelum naik ke kursi pelaminan pada Oktober mendatang, anggota Satpol PP Kecamatan Kebonjeruk, Jakarta Barat, ini keburu dipanggil Yang Maha Kuasa. Tadjudin tewas dalam bentrok fisik antara petugas dengan massa, saat akan melakukan penertiban gapura dan pendopo makam Mbah Priok, Rabu (14/4) malam.
Ya, almarhum Tajudin, memang sebelumnya telah sepakat untuk melangsungkan pesta pernikahannya dengan kekasihnya, Aida, yang juga pegawai honorer di Sudin Kebersihan Jakarta Barat. Bahkan, saat ini keduanya telah menabung bersama dan membangun sebuah rumah sederhana, untuk tempat tinggal mereka berdua kelak.
"Kami sudah bangun rumah dan bahkan menabung pun bersama. Bulan sepuluh nanti kami sudah matang untuk ke pelaminan," ungkap Aida Apriani, sambil menahan tangis, saat dijumpai di rumah duka, di Jl HH RT 009/RW 003, Kebonjeruk, Jakarta Barat, Kamis (15/4) lalu. Meski mencoba untuk tabah dan tersenyum, Aida sesekali tak kuasa menahan isak tangisnya sambil memeluk foto mendiang kekasihnya itu.
Di mata Aida, Tajudin merupakan sosok yang penyabar, taat beribadah, pandai dan supel bergaul serta penyayang. Buktinya, selama tiga tahun memadu kasih cinta, Tadjudin tidak pernah menyakitinya, apalagi berbuat kasar dengan main tangan.
Selanjutnya, walau hati dibalut duka yang mendalam, Aida menyempatkan diri untuk berbagi cerita tentang kisah pertemuan awal dengan Tajudin. Ia menyebutkan bahwa kekasihnya itu, merupakan teman sekelas di Universitas Kasih Bangsa, Fakultas Akuntansi. Kabarnya, pada tahun ini mereka akan menamatkan pendidikannya di perguruan tinggi tersebut, untuk meraih gelar strata satu (S1).
Tajudin merupakan anak ke-11 dari 13 bersaudara pasangan H Mahmud dan Hj Khodija. Ia bergabung dan mengabdi di Satpol PP DKI sejak lima tahun silam. Selama bekerja, ia juga memiliki loyalitas dan dedikasi yang tinggi terhadap pekerjaannya.
Yang membuat terngiang-ngiang di telinga Adida adalah, setiap akan pergi bertugas, Tajudin selalu meminta izin. Termasuk saat akan bertugas melakukan penertiban gapura dan makam Mbah Priok, Rabu kemarin. Saat itu, Tajudin mengatakan bahwa ada perasaan berat hati untuk menjalankan tugasnya itu. Kendati begitu, ia mencoba melawan rasa hatinya itu dan tetap bergabung dengan rekan-rekan seprofesinya.
Selanjutnya, saat terjadi bentrok pun, sekitar pukul 14.00, Tajudin masih sempat meneleponnya dan mengatakan kalau dirinya mengalami kram atau kejang-kejang setelah terkena pukulan oleh massa. "Saya bilang ke almarhum, nanti kalau sudah pulang saya akan urut," kata Adida, yang pada 18 April nanti akan merayakan hari ulang tahunnya.
Namun komunikasi mereka mulai terputus pada pukul 19.30. Adida tak dapat lagi menghubungi kekasihnya itu karena handphone milik Tadjudin tidak aktif lagi. Sedihnya, tak berapa lama kemudian ia mendapatkan kabar dari rekan Tajudin sesama angota Satpol PP bahwa kekasihnya itu mendapatkan musibah.
"Saya dikabari kalau Tajudin itu mendapat musibah, sekitar pukul 22.00 tadi malam baru diketahui bahwa ia sudah menjadi mayat," katanya. Kabarnya, Tajudin sempat menyelematkan diri saat dikejar massa. Namun entah kenapa tiba-tiba korban terkepung hingga akhirnya menjadi bulan-bulanan massa dan tewas di tempat.
Sosok Teladan yang Hobi Mancing
Nama Tajudin di lingkungannya bekerja maupun di masyarakat, dikenal sebagai sosok yang sederhana dan baik. Selain memiliki hobi memancing, korban juga dikenal gemar bergurau dengan rekan-rekan sesamanya. "Ia orangnya baik dan taat beribadah. Selalu mengingatkan kami bila waktu shalat tiba. Selama penertiban, Tadjudin selalu jalan beriringan dengan saya," kata Hasanudin, sahabat karib korban.
Bagi Hasanudin, tewasnya Tajudin dalam bertugas membuktikan bahwa itu merupakan salah satu resiko bagian tugas yang dialami oleh seorang anggota Satpol PP. ”Kami tidak akan mundur karena ajal dan kematian kapan pun bisa terjadi kepada kita. Di dalam rumah pun kita bisa mati," tukasnya.
Penilaian serupa datang dari Abu (25), teman Tajudin di Pengajian Taruna Masjid Assurur (Tamasur). Ia mengatakan, selama ini Tajudin rajin datang ke tempat pengajian karena memang ia merupakan salah satu pengurus pengajian tersebut. Bahkan, korban sering melakukan ziarah ke makam Mbah Priok yang menjadi tempat kematiannya. "Sebelumnya ane sudah bilang jangan berangkat, tapi ia tetap berangkat. Katanya tidak enak kalau tidak berangkat sebab ini sudah menjadi tugasnya," kata Abu.
Entah firasat atau bagaimana, walau di tengah kerusuhan, ia sempat mengirimkan SMS atau pesan singkat ke teman-teman pengajian. Isinya adalah meminta maaf kepada umat muslim karena ia hanya menjalankan tugas untuk membongkar gapura majelis Habib Hasan Al Hada Priok dan bukan membongkar makam. "Sebelum peritiwa ini terjadi, Sabtu lalu kami bersama-sama teman pengajian sempat ziarah ke makam Mbah Priok di Jakarta Utara," lanjut Abu.
Isak Tangis
Pemakaman Ahmad Tajudin (26), Satpol PP yang tewas dalam bentrokan dengan warga di Koja, Jakarta Utara berlangsung haru dan diwarnai isak tangis dari sejumlah pelayat yang datang. Keluarga, kerabat, dan calon istri korban Aida Apriani tampak tak kuasa menitikan air mata saat jenazah almarhum mulai dimasukkan ke liang lahat.
Usai disemayamkan di rumah duka di Jalan HH RT 09/01 No 40, Kebonjeruk, Jakarta Barat, jenazah kemudian dibawa ke Masjid Assurur, yang lokasinya berdekatan dengan rumah korban untuk disholatkan. Usai disholatkan, jenazah kemudian diantar ke pemakaman wakaf yang letaknya tepat di depan masjid. 500-an orang yang terdiri dari rekan-rekan korban sesama anggota Satpol PP serta warga sekitar mengiringi keranda mayat yang digotong ke lokasi pemakaman.
Tampak hadir dalam pemakamam tersebut Walikota Jakarta Barat, Djoko Ramadhan. Usai jasad korban dimasukkan ke liang lahat, Djoko mengungkapkan, peristiwa itu merupakan musibah yang tidak bisa diprediksi siapa pun. Djoko berharap, keluarga yang ditinggalkannya, dapat lebih sabar dan tabah dalam menghadapi musibah ini. “Almarhum telah bertugas selama lima tahun, dan gugur saat sedang menjalankan tugasnya. Ini semua kuasa Tuhan. Semoga semua amal ibadah almarhum diterima di sisi-Nya dan diampuni segala khilafnya,” ujar Djoko Ramadhan.
Di mata keluarga maupun rekan sejawat, almarhum dikenal sebagai sosok yang ramah dan sangat disukai oleh rekan-rekannya. Selain itu, korban juga dikenal rajin beribadah. Ironisnya, ternyata korban merupakan salah satu jemaah pengajian yang pada Sabtu (10/4) lalu sempat berziarah ke makam Mbah Priok.
Bahkan sebelum menemui ajalnya, korban sempat mengirimkan pesan singkat kepada rekan-rekannya di pengajian Taruna Masjid Assurur (Tamasur), yang isinya, meminta maaf kepada umat muslim lantaran ia hanya menjalankan tugas untuk membongkar gapura dan pendopo makam Mbah Priok. Sedangkan, makamnya sendiri tidak akan dibongkar. “Almarhum mengirim SMS kepada teman-teman pangajian Tamasur untuk minta maaf dan hanya menjalankan tugas,” kenang Kosasih, kakak kandung almarhum Ahmad Tajudin. (red/*bj)
Minggu, 18 April 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar