JAKARTA, MP - Perayan Cap Go Meh , puncak acara perayaan tahun baru Imlek 2561 memacetkan lalulintas di kawasan Kota Tua Jakarta Barat dan sekitarnya hingga berjam-jam. Arak-arakan dengan gotong Toa Pe Khong , 65 joli dan tandu yang berisi replika patung dewa diikuti dengan tarian Liong/naga, Brongsay, drumband sampai ondel-ondel dari Vihara Toa Se Bio di Jl.Kemenangan III melintasi jalan Toko Tiga -Pintu Kecil-Kali Besar barat-Kali Besar Timur-Jl.Kemukus –Jl.Lada-Jl.Pintu Besar-JlHayam Wuruk-Jl.Gajah Mada dan kembali ke Jl. Kemenangan III melalui Jl.Pancoran. .
Pawai ini sempat beberapa jam ditunda karena menunggu acara ritual, sejak pukul 11:00 ratusan peserta sudah siap bahkan Wakil Walikota Jakarta Barat Drs.H.Sukarno secara resmi sudah melepas pawai bersama anggota DPRD KI,Ny.Ernawati Sugondo, Ktua Paguyuban Kota Tua Jacky Sutiono ,”sebelum pukul 13:00 peserta tidak diiiznkan untuk diberangkatkan,”tutur Youanto Kencana, ketua panitia penyelenggara.
Arak-arakan yang panjangnya lebih 1 Km untuk kali ini berbeda dengan tahun sebelumnya ada satu barisan peserta pawai membawa sebatang bunga Sedap Malam karena Tahun Baru Imlek 2561 bersamaan dengan hari kasih sayang (valentine). Pertemuan tahun Baru Imlek dan valntine terjadi 57 tahun sekali, seperti pernah terjadi pada tahun 1953.
Dari 65 joli dan tandu yang digotong masing-masing puluhan orang utamanya yaitu ada 4 dewa (shen) yaitu Kdewa Cheng Goan Cheng Kun, Thien Khau Ciang Kun, Ma Kwan Im dan Ma Co Po serta pendamping Dewa Langit (Tien Sen) yakni Tien Khow (anjing langit). Untuk acara ritual yang dilakukan para tangsin (orang pintar) di dalam ruang vihara.
Para tangsin kerasukan dipercaya sebagai media dewa untuk berkomunikasi dengan manusia Para tangsin ini tidak ragu-ragu untuk menggoreskan tubuhnya dengan senjata tajam sampai memotong lidahnya., atraksi ini berlangsung selama pawai
capgomeh3Setiap Joli berisi replika dewa yang digotong tersebut setiap beberapa ratus meter digoyang-goyangkan dan para penandunya berputar, penontonpun memberikan persembahan dengan kedua tangannya dirapatkan dan menundukan kepala, sebagai rasa hormat meminta keselematan.”Doa yang disampaikan tergantung dari keinginan masing-masing.”Pao Yo Ping An artinya agar diberi perlindungan dan diselamatkan sekeluarga.”
”Cap Go Meh, ini taon punya lebih lame banding Cap Go Meh taon lima puluhan, sekalang lame-lame siang hali, kalu dulu Cap Go Meh, pelayaan malam hali punya.kata Ceng An, satu penonton.
Ceng An, menonton pawai ini bersama, istri, anak cucunya bahkan meskipun kondisinya tidak sehat, harus menggunakan tongkat dan rela panas-panasan.”Ngai bukan sekedal nonton punya, tapi ngai yakin dewa bisa kasih sembuh ngai punya penyakit,”harapnya.
Ditahun 1950 an Cap Go Meh sangat terbatas karena hanya dipusatkan di Jl.Pancoran sekitar Glodok, kalaupun ada pegelaran kesenian tidak dapat melihat dari dekat.”kalu sekalang, ngai bisa liat jelas banyak balongsai, banyak liong ada juga dlam band, essay oooooo.
Pawai ini tidak hanya disambut golongan etnis china tapi dari berbagai lapisan masyarakat bahkan di sepanjang jalan Hayam Wuruk-Jl.Gajah Mada-Jl.Pancoran dan kawasan museum warga sudah menunggu sejak pagi.
Cap Go Meh merupakan hari ke 15 TAHUN BARU IMLEK,. Dan pada hari ke 15 ini merupakan puncak acara cia gwe cap goh (bulan 1 tanggal 15) yang biasanya ditutup sukacita dan kemeriahaan diwarnai dengan pagelaran kesenian.
Di Indonesia, selama 1965-1998, perayaan tahun baru Imlek dilarang dirayakan di depan umum. Dengan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967, rezim Orde Baru di bawah pemerintahan Presiden Soeharto, melarang segala hal yang berbau Tionghoa, di antaranya Imlek.
Masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia kembali mendapatkan kebebasan merayakan tahun baru Imlek pada tahun 2000 ketika Presiden Abdurrahman Wahid mencabut Inpres Nomor 14/1967. Kemudian Presiden Megawati Soekarnoputri menindaklanjutinya dengan mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 19/2002 tertanggal 9 April 2002 yang meresmikan Imlek sebagai hari libur nasional. Mulai 2003, Imlek resmi dinyatakan sebagai salah satu hari libur nasional. (red/*pk)
Minggu, 28 Februari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar