Ketujuh korban meninggal dunia, yakni Suwarni (40) asal Malang, Gini (40) asal Wonogiri, Anis (19) asal Ngawi, Suriah (16) asal Pemalang, Lilis (16) asal Pemalang, Juni (18) asal Banjarnegara, dan Eni (19) asal Pemalang. Sementara dua korban patah tulang, yakni Jumari (20) dan Haryo (19). "Semua korban adalah karyawan," kata Kris (36), salah satu saksi mata yang juga menantu pemilik restoran Soto Lamongan, Ignatius Gunawan Chandra, Senin (13/7) kemarin.
Kris menuturkan, sekitar pukul 03.00, karyawan bagian memasak memang sudah mulai bekerja. Namun, sekitar pukul 04.00, ia mendengar suara ledakan keras dari arah dapur restoran. Seketika itu pula, ia menuju arah dapur. Sayangnya sesampainya di dapur, asap tebal sudah memenuhi ruangan. Kemudian, ia bersama sejumlah karyawan berusaha memadamkan api dengan alat seadanya. Namun, upaya itu sia-sia lantaran api cepat berkobar menjilat sejumlah dinding.
"Saya dan penghuni lain mencoba memadamkan api. Tapi karena semakin membesar akhirnya kita kewalahan," ujarnya.
Menurut Kris, meninggalnya tujuh karyawan tersebut kemungkinan karena kehabisan oksigen. Sebab, ketika kebakaran terjadi mereka langsung panik dan masuk salah satu kamar yang ada di bagian belakang dapur. Kepanikan tujuh karyawan ini dipicu dengan cepat berkorbarnya api hingga menutup pintu bagian depan.
"Karena pintu depan tertutup api, korban panik lari ke salah satu kamar belakang. Namun sebelum api bisa dipadamkan, ketujuh korban tidak bisa diselamatkan," tuturnya, seraya mengatakan jumlah penghuni di dalam restoran Soto Lamongan ini sebanyak 50 orang, terdiri atas 40 karyawan, dan 10 orang kerabat pemilik.
Komandan Piket Suku Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Sudin Damkar dan PB) Jakarta Barat, Achmad Safei, menuturkan, sebanyak 50 petugas pemadam tiba di lokasi sekitar 15 menit kemudian dengan mengerahkan 13 mobil pemadam. Dan api bisa dipadamkan 45 menit kemudian.
"Karena lokasi berada di pinggir jalan raya, kita tidak mengalami banyak kesulitan dan api bisa dijinakkan sebelum merambat ke bangunan di sekitarnya," ujarnya.
Kendati demikian, Achmad Safei belum bisa menaksir berapa kerugian akibat kebakaran ini. Sebab, kerusakan di lokasi kejadian masih dihitung. Namun yang jelas, selain terdapat tujuh korban meninggal dunia dan dua patah tulang, di lapangan petugas juga menjumpai tiga mobil dan dua sepeda motor yang turut terbakar.
"Saya belum tahu berapa kerugiannya. Yang jelas selain tujuh meninggal dan dua patah tulang, kita juga melihat ada tiga mobil dan dua motor ikut terbakar," bebernya.
Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Damkar dan PB) DKI Jakarta, Paimin Napitupulu, menjelaskan, peristiwa kebakaran yang melanda restoran Soto Lamongan di Jl Kedoya Raya terjadi sekitar pukul 04.00. Setelah ditelusuri, peristiwa tersebut disebabkan bocornya tabung gas ukuran 12 kilogram yang akhirnya meledak.
Ketujuh korban meninggal, kata Paimin, terperangkap dalam kamar berukuran 2x3 meter yang merupakan sebuah gudang kecil untuk menyimpan bahan makanan. Posisi kamar tersebut berada di bagian belakang ruang masak. "Tujuh karyawati itu pun tewas terbakar dan meninggal di tempat," jelasnya.
Terkait korban meninggal dunia, Walikota Jakarta Barat, Djoko Ramadhan, menuturkan, saat ini jenazah sudah dibawa ke RSCM untuk diotopsi. Setelah diotopsi Pemkot Jakbar akan membantu pemulangan jenazah ke daerah asal dan akan memberikan santunan kepada keluarga setiap jenazah sebesar Rp 1,5 juta. "Korban bukan penduduk Jakbar, tapi luar daerah diantaranya Pemalang, Jawa Tengah," katanya di Balaikota.
Wakil Walikota Jakarta Barat, Burhanuddin, mengaku turut prihatin atas peristiwa kebakaran yang menimpa restoran Soto Lamongan ini. Ia berharap, peristiwa yang menimpa restoran ini juga menjadi pelajaran semua pihak.
"Hendaknya masyarakat mengambil pelajaran terhadap peristiwa ini. Ke depan harus lebih berhati-hati lagi dalam menjalankan aktivitas, khususnya yang berkaitan dengan api atau listrik," ungkapnya, saat meninjau lokasi.
Ke depan, ia berjanji akan lebih mengintensifkan sosialisasi dan imbauan tentang bahaya kebakaran kepada masyarakat. Selain itu juga akan mengintensifkan kerja sama dengan PLN untuk melakukan aksi sweeping listrik. "Kita akan tingkatkan sosialisasi dan imbauan tentang bahaya kebakaran kepada warga, termasuk meningkatkan sweeping listrik," terangnya.
Tewasnya tujuh karyawan restoran Soto Lamongan ini tentu membuat duka yang mendalam bagi kerabat yang ditinggalkan. Salah satunya adalah Weni Kartika Sari (19), anak dari korban meninggal Suwarni (40) asal Malang, Jawa Timur. Saat mengetahui ibunya meninggal, Weni langsung menangis tanpa henti. Bahkan, Weni nyaris jatuh pingsan. "Saya tidak menyangka ibu saya akan menjadi korban," kata Weni, dengan terisak-isak.
Menurut Weni, sejak lulus SMA beberapa waktu lalu, dirinya langsung ikut ibunya dan bekerja di restoran tersebut. Dan kini, ia mengaku tak tahu harus bagai mana. "Saya belum tahu mau apa setelah ini," jawabnya sambil terbata-bata. Saat ini, Weni dan karyawan yang selamat telah diungsikan di salah satu rumah milik kerabat pemilik restoran di Kebonjeruk. (mp/*b)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar