JAKARTA, MP - Pembongkaran sebuah bangunan liar yang berdiri di areal Pompa Air Banjir Kanal Barat di Jl Inspeksi Tomang, Grogolpetamburan, Jakarta Barat, Senin (15/2) diwarnai bentrok fisik. Pemilik bangunan mencoba melawan petugas yang akan membongkar bangunannya. Namun petugas dengan cepat bertindak dan meredam aksi warga hingga akhirnya bangunan dapat dibongkar.
Pantauan di lapangan, pemilik bangunan, Djausin (60), berusaha menghalangi petugas yang akan membongkar rumahnya. Bahkan sesekali ia berteriak dengan mengaku sebagai mantan anggtao Satpol PP. “Saya minta jangan dibongkar dulu sebelum bangunan lain sepanjang bantaran kali ini dibongkar, hormati saya bekas Tramtib juga,” teriak Djausin pada sejumlah petugas.
Kendati begitu, petugas tak menggubrisnya, sekalipun STJ adik perempuan Djausin mengamuk sambil mengacung-acungkan sepotong kayu dan mengejar petugas serta wartawan yang meliput. Situasi panas ini berhasil diredam oleh polisi, setelah Djausin dan adiknya itu diamankan. ”Saya heran, kok hanya bangunan saya yang dibongkar, padahal ada 200 bangunan liar di sepanjang bantaran kali ini yang ini masih berdiri,” kata Djausin.
Wakil Camat Grogolpetamburan, Zery Ronazi mengungkapkan, pelaksanaan pembongkaran bangunan di areal Pompa Air Banjir Kanal ini sudah sesuai prosedur. Sebab mereka membangun bangunan di tempat terlarang, sehingga melanggar ketertiban umum.
”Mereka membangun di atas lahan milik Dinas PU dan sudah 4 kali diberi surat peringatan. Karena tidak ditanggapi ya dibongkar paksa,” katanya. Ke depan penertiban akan terus dilakukan terhadap 200 bangunan liar lainnya yang masih berdiri. Sebab jika dibiarkan maka akan mengganggu kelancaran saluran air yang ada.
Sementara, sekitar 35 pedagang kaki lima (PKL) di sepanjang bantaran Kali Sekretaris, Jl Gang Macan, RW 05 Kelurahan Durikepa, Kebonjeruk, juga lari tunggang langgang saat sejumlah petugas Satpol PP berusaha menertibkan mereka. Petugas menertibkan karena keberadaan PKL sangat mengganggu ketertiban umum.
”Kami sudah berikan peringatan berkali-kali kepada para pedagang, bahkan sejak Juli 2009 agar membongkar sendiri lapaknya. Tapi karena mereka tetap bandel, terpaksa hari ini kita bongkar,” ungkap Syamsul Huda, Lurah Durikepa, Senin (15/2).
Keberadaan PKL di sepanjang Kali Sekretaris ini sudah banyak dikeluhkan warga. Pasalnya selain semrawut, para pedagang seringkali membuang sampah ke kali. Akibatnya kali menjadi kotor dan menghambat aliran air. ”Penertiban ini juga didukung warga dan RT/RW setempat. Warga banyak yang mengeluh, karena sampah PKL dibuang ke kali,” papar Syamsul.
Selanjutnya ia berharap, instansi terkait khususnya Sudin Pertamanan segera menindaklanjuti penertiban di kawasan tersebut. Misalnya dengan menghijaukan atau membuat taman interaktif. ”Untuk mengamankan bantaran, kami berharap pihak terkait menindaklanjuti penertiban ini,” ujar Syamsul.
Joni (42), salah satu PKL mengaku hanya pasrah saat petugas mengangkut lapak miliknya. Sebelumnya ia telah diperingatkan untuk membongkar sendiri lapaknya, namun entah kenapa hal itu tidak dilakukan. Ia tak menyangka kalau penertiban pada akhirnya dilakukan hari ini. ”Saya sudah diberitahu, saya kira masih lama. Ternyata hari ini jadi juga, ya sudah mau gimana lagi,” tuturnya. (red/*bj)
Senin, 15 Februari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar